For Your Info

Rabu, 19 Maret 2008

Insomnia

Terbelenggu dalam seonggok jelaga

Ku mengupas alang-alang pinta

Pahit merah tapi bisu

Birama berdalu memainkan kaku

Ku terjaga dalam anganku

Membuai mimpi tak berpadu

Pilu merintihkan debu

Bahkan bingung mencari tahu

Ku terpukau terpana

Walau hanya segenggam asa

Bukan rindu tapi buta

Seraya malam tak kunjung jua

air mataku tanah airku

Langit nan indah bercorak biru nirwana
Laut yang kaya akan warna nirmala
Terhempas jauh mata melirik
Tak kunjung batas kemakmuranmu

Tanah airku..
Hijau menghias di sekelilingmu
Buta mata melihat indahmu
Bisu kaku tak kuasa memujamu

Tapi kini kau mengamuk
Memangsa apapun disekitarmu
Merenggut nyawa berjuta-juta
Terdengar teriak meronta-ronta

Mungkin kami bangsa biadab
Yang tak henti merusakmu
Tapi kami juga menangis
Karena kaulah air mataku

Tetes air mata

Airmatanya kembali berderu, sembari menghela nafas panjang untuk kesekian kalinya. Ia lalu menutup tirai jendela yang tadi ia buka dan keadaan yang barusan ia lihat adalah yang selama ini membuatrnya terengah –engah. Rina menselojorkan badannya dan mulai menggunakan kaus kaki serta sepatu yang sebentar lagi akan membalut kakinya. Pikirannya kini melayang menjalani manis pahit lentera kehidupan yang pernah dan yang sekarang ia alami saat ia jatuh cinta pada Fahri, seseorang lelaki yang sudah 3 tahun menjumpainya dan mampu membuatnya untuk mencintainya selama itu. Pertama kali ia menjumpai Fahri, saat itu masih kelas 1 smp, ia merasa Fahri selama ini memperhatikannya saat ia tampil di acara peringatan isra mi’raj tiga tahun yang lalu. Saat itu, baik Rina maupun Fahri sama-sama mewakili kelasnya dalam acara tersebut. Ia awalnya kesal, untuk itu ia menanyakan keberadaan dan apa yang berhubungan dengan Fahri karena ia piker itu adalah sebagai bahan mengapa Fahri memperhatikannya selama ini. Sudah satu tahun, perasaan kesalnya pada Fahri malah berubah menjadi cinta. Cinta yang berawal dari kesalah tafsiran. Dan untuk dua tahun kedepannya, Rina menjaga rasa sayang itu sampai sekarang. Namun hatinya kini kembali terluka akibat ulah Fahri. Sudah banyak wanita yang selama ini merengkuh keindahan Fahri dari ingatannya. Dan kini giliran ana yang mengusiknya. Rini tak pernah sekalipun menunjukan pada Fahri akan isi hatinya atau sekedar memberi perhatian kecil, karena tertutup ego dan rasa malu yang memenuhi pikirannya selama ini. Hanya rasa saying dalam hati, ia tak ingin Fahri mengetahui apa yang selama ini dia rasakan.

Sesampainnya di sekolah, Rina tak kunjung kekelasnya. Seperti biasa, di saat hatinya hening dan mulai merasakan getir cintany, ia mulai memutari sisi sekolah hingga akhirnya duduk di kursi tempat duduknya.

“ Fahri.. “ mulutnya pelan berkata seperti itu. Ia kembali berjalan menyusuri tiap sudut sekolah. Seperti yang selama ini ia lakukan ketika hatinya sedang bersedih. Airmatanya kembali mengairi matanya pelan. Rasa ini takkan pernah berujung hingga akhirnya ia dapat mendapatkan apa yang dia inginkan. Kini arti airmatanya bukan karena rasa cemburu, namun sikap Ana yang keterlaluan pada Fahri. Setiap pagi, ia melihat Fahri menjemput Ana saat ingin bersekolah, karena umahnya dengan rumah Ana bersebelahan. Sore hari nya ia mengantarkan Ana sehabis pulang sekolah, dan menyuruh Fahri mengerjakan tuga sekolahnya karena Fahri pintar.

“ ia tak bias menyayangi Fahri.. itu bukan mencintai, namun memperalat… “ tetes kedua airmatanya mulai berderu lagi. Dan entah kesekian kalinya Rina mengeluarkan airmatanya hanya karena Fahri.

“ Hay Na, kenapa? “ Febri menyambut langkah pertamanya saat ia memasuki ruang kelasnya. Ia lalu memandanbg Febri dalam, seakan ingin berkata apa yang kini ia rasakan pada sahabat baiknya selama ini.

“ Na… “ Febri langsung memeluk tubuh Rina yang kembali goyah. Saat beberapa detik dipelukan sahabatnya itu, ia setelah melihat Fahri dan Ana yang sedang berdua. Ia lalu kemudian menghela nafas panjang berkali-kali. Ada duka disana.

Pulang sekolah, tak sengaja ia menemukan foto Deni diantara tumpukan foto saat perpisahan sekolah, dihalaman buku milik Febri yang ia pinjam. Ia lalu tersenyum saat foto itu masih ada digenggamannya kenangan tentang Deni kembali teringat dan melintasi masa-masa indah itu. Deni adalah lelaki yang pernah masuk kedalam hatinya diantara bayangan semu Fahri. Seseorang lelaki yang begitu amat menyayanginya, namun tak sempat Rina mengetahui isi hati Deni yang sebenarnya, setelah Deni pergi menjauh dari kehidupan Rina yang sekarang karena sikap Rina yang dahulu amat acuh padanya.

“ Deni, maaf ya… “ serunya lirih masih memandang foto itu. Dahulu memang ia tak bias mencintai Deni karena ia telah mencintai Fahri meski Fahri tak pernah tahu apa yang ia rasakan selama ini.Deni yang selama ini menemaninya, yang selalu memberi perhatian lebih. Kini ia baru menyadari posisi Deni yang sebenarnya. Meskipun ia tak bias mencintainya selayaknya Fahri, namun ada tempat dihatinya untuk Deni saat ia pergi menjauh. Saat Deni masih berada di sampingnya, ia tak pernah kesepian, ada gurauan bersahaja yang ia limpahkan untuk menutup luka karena Fahri. Ada saja perhatian kecildarinya. Saat perhatian itu ada, Rina malah tak menyadari, namun saat perhatian itu menghilang, ada kekecewaan yang terlihat mengapa dulu ia membiarkannya berlalu begitu saja. Seperti pepatah Khalil gibran yang kini menggeluti pikirannya. ‘mencintai seseorang memang mudah, dicintai sseorang pun mudah, namun sulit untuk mendapatkan cinta dari seseorang yang kita cintai’. Hal yang palinjg menyakitkan adalah saat kita mencintai seseorang namun seseorang itu acuh dengan perhatian yang kita berika, namun hal yang klebih menyakitkan lagi adalah saat kita baru saja tahu, ada seseorang yang benar-benar tulus menyayangi kita selama ini.

Ia lalu melepaskan foto Deni yang barusan ada digenggamannya. Ia tak mengerti apa yang selama ini terjadi antara dirinya, Fahri yang elama ini ia sayangi, dan Deni yang selama ini menyayangi dirinya.

Diantara senja temaram, ia mulai melupakan rasa kehilangannya akan seseorang yang selama ini memberinya perhatian lebih. Ada gurat kesedihan yang terlihat jika ia mengenangnya.

“ dan Fahri? “ ujarnya sendiri.

“ ah, masih seperti yang dulu. Fahri yang tak pernah sadar jika aku menyayanginya “ ujarnya sendiri lagi.

Rina berusaha lebih menerima Fahri yang terluka karena Ana secara tak sadar, mungkin itu akan membawa Fahri kepadanya. Semoga Fahri lekas sadar, seperti Deni yang pernah menyadarkannya, akan sakit yang ia alami. Harapan tipi situ selalu mengeluti pikirannya, dan berusaha dikatakannya pada Fahri lewat pancaran matanya saat mereka berpapasan meskipun tak diiruingi tegur sapa karena fahri yang selalu acuh.

Karikatur - karikatur

Image and video hosting by TinyPic Akankah tradisi ini akan teus berkembang? Image and video hosting by TinyPic Akankah hutang negara kita lunas? Image and video hosting by TinyPic Sekolah Bukan Sekedar ngisi absensi!